Loading...

Minggu, 20 Maret 2016

Mari Intip Kehebatan Mesin Sepeda Motor Yamaha dan Ducati di MotoGP

Yamaha dan Ducati merupakan dua pabrikan motor yang cukup disegani di ajang MotoGP. Walaupun keduanya bukanlah pengoleksi gelar terbanyak, namun pabrikan asal jepang dan italia ini selalu sukses menghadirkan motor terbaik dalam setiap balapannya. Ducati selama ini terkenal dengan mesin Desmodromic yang mulai mereka gunakan sejak era 50an. Sementara sepeda motor Yamaha, menerapkan sistem unik Crossplane Cranksaft pada motor kebanggaannya, YZR M1. Lantas seperti apa sebenarnya 2 teknologi ini bekerja? Simak ulasan Paseban berikut ini.
Yamaha - Crossplane Crankshaft
Crossplane Crankshaft adalah sistem mesin yang terdapat pada sepeda motor Yamaha. Yamaha mengadopsi Crossplane Crankshaft lebih untuk mendapatkan gaya tolak atau torque yang lebih merata serta redaman yang sangat tinggi pada area Crankshaft atau poros engkol. Terlihat sederhana, namun atas dasar konsep inilah yang mengantarkan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo selalu berada di papan atas MotoGP.
Konstruksi seperti ini sejatinya bukan pertama kalinya digunakan pada mesin pembakaran internal, sebelumnya sistem seperti ini pernah diaterapkan Cadylac pada muscle car bermesin V8 milik mereka. Crossplane crankshaft adalah poros engkol dengan desain saling silang atau dengan kata lain memiliki durasi pengapian 90 derajat.
Hal ini baru pertama diterapkan karena biasanya mesin 4 cylinder menerapkan pola pengapian 180 derajat sehingga pembakaran dapat terjadi dengan pola merata dan durasi yang saling bergantian mulai silinder pertama sampai keempat. Hal ini sangat berbeda dengan tipe mesin Crossplane di mana pembakaran terjadi bergantian antara empat silinder namun dengan durasi yang tidak merata dikarenakan desain poros engkol yang saling bersilangan. Tujuan dibuatnya desain seperti ini adalah untuk memberikan tingkat redaman getaran mesin yang sempurna dengan memanfatkan gaya tolak poros engkol yang saling bersilangan. Hasilnya,Yamaha M1 mampu melakukan proses berbelok dan berganti arah dengan sangat stabil dan kontrol yang maksimal.

Saat pertama kali prototype mesin inlen 4 cylinder dengan crossplane crankshaft diuji coba, test rider membuat pernyataan yang membuat direktur teknis, Masao Furusawa, menjadi sangat tertegun. Test rider mengatakan bahwa Yamaha M1 dengan desain baru tersebut terasa sangat lambat daripada model sebelumnya.
Namun dari data yang dimiliki dalam pencatatan waktu tiap putaran, M1 baru tersebut justru membuat pencapaian yang lebih baik dibanding model lama. Hal ini terjadi karena sistem Crossplane ini sangat lembut dan jauh lebih halus sehingga rider tidak merasakan efek agresif sehingga mereka bahkan merasa motor tersebut sangat lambat.
Ducati - Desmodromic Engine
Ducati mulai menggunakan sistem ini mulai tahun 50an, ketika Fabio Taglioni menemukan sistem buka tutup katup revolusioner ini. Mesin 4 stroke memiliki sistem yang sedikit lebih kompleks, mereka menggunakan sistem katup untuk mengatur irama letupan bahan bakar pada bilik pembakaran mesin. Pada mesin konvensional, sistem ini menggunakan pegas untuk membuat katup membuka dan menutup sesuai gerakan piston dan durasi cranksaft. Sistem ini mudah dan efektif, namun memiliki kelemahan saat putaran mesin mencapai kecepatan tinggi yang mengakibatkan daya pegas per tidak dapat mengimbangi gerakan piston yang lebih cepat.
Hal seperti ini tidak terjadi pada sistem Desmodromic karena konstruksi buka tutup katup digerakkan oleh rocker arm atau tuas dinamis yang bergerak sesuai perputaran cranksaft. Sistem ini sangat sederhana, namun membutuhkan akurasi konstruksi yang sangat tinggi untuk memastikan mesin mampu memproduksi daya maksimal. Keuntungan dari sistem ini adalah buka tutup katup dapat melayani kecepatan piston sampai batas yang jauh lebih tinggi karena semakin cepat piston bergerak maka semakin cepat pula katup memproduksi gaya yang sesuai dan memastikan mesin mampu memproduksi pembakaran yang maksimal di setiap putaran mesin.

Desmodromic telah mengantarkan Ducati menjadi ikon motor dengan performa mesin dahsyat dan durabilitas yang sangat tinggi. Tidak hanya di Moto GP, namun Ducati lebih terlihat superior di World Superbike di mana mereka dengan tangguh mampu mengasapi pabrikan jepang dengan rekor kemenangan yang belum terkalahkan. Lebih mengherankan lagi karena mereka melakukannya dengan mesin 2 silinder dengan konfigurasi L Twin yang secara spesifikasi lebih inferior dibanding mesin Inline 4 cylinder milik pabrikan jepang.

Anda ingin tidak sekedar wacana ? Trampil dan punya ilmuterapan yang melekat ?Tidak mau seperti pepatah "ILMU TANPA AMAL SEPERTI POHON TANPA BUAH ? " Karena tidak bisa praktek yang terbimbing ? Silahkan belajar langsung agardapat ilmu dan prakteknya dan terapkan . Hubungi: Tedymotor PATI


EmoticonEmoticon